Selasa, 29 Desember 2015

BATTLE OF EMPIRES FETIH 1453

Oleh:
 Muhajir Hilaly Amin (D1813050)



Jenis Film : Epik
Produser :
Faruk Aksoy
Servet Aksoy
Ayse Germen
Sutradara : Faruk Aksoy
Penulis Naskah : Atilla Engin
Perusahaan Film : Aksoy Film Production
Pemeran Film Fetih 1453
Devrim Evin sebagai Sultan Al-Fatih
Ibrahim Celikkoi sebagai Ulubatli Hasan
Dilek Serbes sebagai Era
Cengiz Coskun sebagai Sovalye Guistiniani
Erden Alkan Sebagai Candarli Halil Pasa

Fetih 1453 adalah film buatan Turki yang disutradari oleh Faruk Aksoy. Film ini diluncurkan serentak di berbagai belahan dunia pada tanggal 16 Februari 2012. Momen ini diriwayatkannya dari sebuah hadits dan dijadikan pembuka alur cerita, sekaligus mengisyaratkan bahwa keseluruhan visualisasi yang disajikan adalah bentuk adaptasi dari kisah nyata yang terjadi ratusan tahun silam. Saat itu, tentara kesultanan Usmani di bawah komando langsung dari sang Sultan Muhammad II mampu menaklukkan kota dengan pertahanan terbaik di dunia, yakni Konstantinopel.

Sultan Muhammad Al-Fatih atau juga yang dikenal sebagai Sultan Mehmed II merupakan seorang pemimpin tangguh yang sudah dari kecil menerima banyak didikan agama. Beliau dilahirkan pada tanggal 26 Rajab 833 H. Pada usia 21 tahun, ia mampu menguasai 6 bahasa dan ahli bidang strategi perang, sains, matematika. Sisi lain dibalik kesuksesan dan jiwa kstarianya, ternyata yang paling membuat beliau tangguh laur dalam adalah ketekunannya dalam melaksanakan shalat Tahajud.
Sejak kecil, Sultan Murad II, yaitu ayah dari Sultan Muhammad Al-Fatih sangat menekankan pentingnya pendidikan agama. Sehingga tidak sedikit para ulama yang didatangkan untuk mendidik beliau, yang diantaranya adalah Syekh Ahmad bin Ismail Al-Kuroniy, seorang pakar fikih yang juga memiliki pengetahuan yang dalam bidang ilmu Nawhu, Ma’ani dan Bayan. Kebesaran nama Sultan Muhammad Al Fatih berusaha ditutupi oleh berbagai propaganda barat, mulai dari pengurangan studi seputar sejarah Islam yang bahkan sangat terasa di Indonesia yang mayoritas Islam sekalipun, hingga pembuatan berbagai cerita dan kisah yang dipelintir untuk membengkokkkan kebeneran sejarah.
Sosok Muhammad Al-Fatih adalah jawaban kebenaran atas sabda Rasulullah SAW :
“Konstantinopel akan dibebaskan di tangan seorang laki-laki. Maka sebaik-baik pemimpin adalah pemimpin yang membebaskan kota itu. Dan sebaik-baik tentara adalah tentaranya.”(HR. Ahmad). Sebuah hadist yang menggerakan jiwa-jiwa pemuda Islam yang bermental jihad untuk berlomba-lomba membebaskan Konstantinopel. Yang disaat itu seperti sesuatu yang mustahil untuk ditaklukan oleh siapapun, karena pada saat itu Konstatinopel bisa dibilang sebagai jantungnya dunia.

Strategi Perang Yang “Gila”
Hari Jumat, 6 April 1453 M, Sultan Muhammad II bersama gurunya Syaikh Aaq Syamsudin, beserta tangan kanannya Halil Pasha dan Zaghanos Pasha merencanakan penyerangan ke Konstantinopel dari berbagai penjuru benteng kota tersebut dengan berbekal 150.000 ribu pasukan dan meriam teknologi baru pada saat itu. Muhammad II mengirim surat kepada Paleologus untuk masuk islam atau menyerahkan penguasaan kota secara damai dan membayar upeti atau pilihan terakhir yaitu perang. Constantine menjawab bahwa dia tetap akan mempertahankan kota dengan dibantu Kardinal Isidor, Pangeran Orkhan dan Giovani Giustiniani dari Genoa. Kota dengan benteng lebih dari 10 meter  tersebut memang sulit ditembus, di sisi luar benteng pun dilindungi oleh parit 7 meter. Dari sebelah barat pasukan artileri harus membobol benteng dua lapis, dari arah selatan Laut Marmara pasukan laut Turki harus berhadapan dengan pelaut Genoa pimpinan Giustiniani dan dari arah timur armada laut harus masuk ke selat sempit Golden Horn yang sudah dilindungi dengan rantai besar hingga kapal perang ukuran kecil pun tak bisa lewat.
Berhari-hari hingga berminggu-mingu benteng Byzantium tak bisa dijebol, kalaupun runtuh membuat celah maka pasukan Constantine langsung mempertahankan celah tersebut dan cepat menutupnya kembali. Usaha lain pun dicoba dengan menggali terowongan di bawah benteng, cukup menimbulkan kepanikan kota, namun juga gagal.
Hingga akhirnya sebuah ide yang terkesan bodoh dilakukan hanya dalam waktu semalam. Salah satu pertahanan yang agak lemah adalah melalui Teluk Golden Horn yang sudah dirantai. Ide tersebut akhirnya dilakukan, yaitu dengan memindahkan kapal-kapal melalui darat untuk menghindari rantai penghalang, hanya dalam semalam dan 70-an kapal bisa memasuki wilayah Teluk Golden Horn (ini adalah ide ”tergila” pada masa itu namun taktik ini diakui sebagai taktik peperangan (warfare strategy) yang terbaik di dunia oleh para sejarawan barat sendiri.

Kekurangan & Kelebihan
v  Kekurangan
·         Penggambaran sosok Sultan Mehmed yang tidak sesuai sejarah
·         Tidak terjaganya aurat.
·         Sosok Hasan lebih ditonjolkan daripada Sultan Mehmed.

v  Kelebihan
·         Nilai-nilai kepahlawanan dan keluhuran islamiyah.
·         Strategi perang yang bagus.
·         Alur ceritanya yang menarik untuk ditonton.

Hikmah Yang Bisa Dipetik

Kiat sukses selanjutnya ialah kesabaran. Mulai dari kesabaran dalam mempersiapkan diri sampai kesabaran dalam berperang. Seperti dijelaskan diatas, bahwa Muhammad Al Fatih tidak terburu-buru menyerang, tetapi berbagai persiapan dilakukan terlebih dahulu. Kemudian, saat peperangan dimulai, diperlukan waktu 54 hari untuk menaklukan kota Konstantinopel. Hampir dua bulan, hidup dalam peperangan, capek, dan nyawa terancam. Tetapi Muhammad Al Fatih dan pasukan tetap teguh dalam usahanya menaklukan kota Konstantinopel. Inilah yang disebut sabar, sabar saat berusaha, bukan sabar yang diam atau menyerah. Artinya kita pun perlu memiliki kesabaran dalam meraih cita-cita kita. Kita harus sabar mulai dari persiapan dan sabar dalam menempuh perjalanan menuju tujuan kita. Ini kiat sukses sederhana, namun sedikit sekali orang yang mau melakukannya. Mudah-mudahan kiat sukses ini tambah meresap dan menghujam ke hati kita. “Bermunajat hanya kepada Allah, jauhkan diri dari maksiat, bertahajjud pada malam hari dan berpuasalah pada esok hari.” – Muhammad Al Fatih

Tidak ada komentar:

Posting Komentar